Keamanan data menjadi krusial dalam setiap perangkat, untuk mencegah pencurian atau penghapusan data oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Konsep keamanan data merupakan langkah penting yang harus diambil oleh organisasi atau individu untuk menjaga integritas ekosistem teknologi informasi. Guna memastikan keamanan data, perusahaan atau individu dapat merasa lebih tenang tanpa harus khawatir terhadap potensi pelanggaran keamanan.
Data merupakan bahan mentah yang membentuk informasi. Data terdiri dari fakta-fakta seperti angka, karakter, simbol, gambar, tanda, tulisan, suara, atau bunyi yang merepresentasikan keadaan nyata, dan kemudian diolah menjadi informasi yang lebih bermanfaat. Informasi adalah hasil pengolahan data yang menggambarkan kejadian-kejadian nyata, serta berpotensi menjadi alat bantu dalam pengambilan keputusan.
Ketidak jelasan dan kepentingan dari data dan informasi menyebabkan perlunya pembatasan akses terhadap informasi. Informasi, yang merupakan aset berharga, perlu dilindungi supaya tetap aman. Keamanan secara umum merujuk pada kondisi bebas dari ancaman atau bahaya. Keamanan informasi merujuk pada upaya khusus untuk melindungi dan menjaga aset-aset informasi dari ancaman yang mungkin datang, baik dari internal maupun eksternal. Salah satu tujuan utama dari keamanan informasi adalah menjaga keamanan dari sumber-sumber informasi itu sendiri.
1. Pengertian Keamanan Data
Keamanan data (data security) merujuk pada serangkaian prosedur yang didukung oleh regulasi dan teknologi untuk melindungi data dari kerusakan, modifikasi, atau penyebaran yang tidak diinginkan, baik yang bersifat sengaja maupun tidak. dengan keberadaan data security, kita dapat mencegah akses yang tidak di inginkan terhadap komputer, database, atau website yang berpotensi mengakses data digital yang bersifat pribadi.
Berdasarkan dari pengertian tersebut, dapat dipahami bahwa keamanan data dan informasi mengacu pada upaya untuk melindungi data dan informasi dari akses, penggunaan, pengungkapan, gangguan, modifikasi, atau perusakan yang tidak sah. Hal ini penting untuk memastikan privasi, kerahasiaan, integritas, dan ketersediaan data dan informasi.
2. Mengapa Perlu Keamanan Data?
keamanan data dan informasi penting untuk melindungi beberapa hal yaitu sebagai berikut.
a. Privasi: kita memiliki hak untuk mengontrol siapa yang dapat mengakses dan menggunakan data pribadi kita. Mengurangi resiko penyalahgunaan data atau informasi
b. Kerahasiaan: data tertentu, seperti rahasia dagang atau informasi keuangan perlu dirahasiakan agar tidak jatuh ke tangan pihak yang tidak berwenang.
c. Integritas: data harus tetap akurat dan tidak dapat diubah atau dimanipulasi tanpa izin.
d. Ketersediaan: data harus tersedia bagi pihak yang berwenang ketika dibutuhkan dengan memperkecil peluang adanya tindakan kriminal
e. Mencegah kerugian finansial: serangan fiber yang mencuri data keuangan Anda bisa menyebabkan kerugian financial yang besar.
f. Menjaga reputasi: kebocoran data sensitif bisa merusak reputasi individu atau organisasi.
g. Memastikan kelancaran bisnis: gangguan terhadap data bisa mengganggu kelancaran operasional bisnis.
3. Kejahatan di Dunia Digital
Kejahatan di dunia digital telah menjadi tantangan utama dalam mengelola keamanan data dan informasi. Pada konteks ini, ovulasi dari peretasan menciptakan panorama yang kompleks, di mana berbagai metode digunakan untuk mencuri, merusak, atau menemani polisi informasi. pemahaman dalam terhadap jenis-jenis kejahatan digital menjadi kunci untuk mengembangkan strategi keamanan yang efektif.
a. Evolusi dari peretasan
Peretasan, sebagai bagian integral dari dunia digital, telah mengalami perkembangan yang signifikan seiring dengan evolusi teknologi. proses evolusi ini mencakup peningkatan dalam metode, tujuan, dan kompleksitas serangan cyber. Guna pemahaman mendalam tentang evolusi dapat mengancam keamanan data dan informasi.
1) Metode konvensional
awalnya, peretasan cenderung menggunakan metode konvensional seperti virus dan worm. virus menginfeksi program dan merusak atau mencuri data sementara uang menyebar melalui jaringan tanpa perlu host program.
2) Pengembangan Trojan Horse
seiring waktu, peretasan melibatkan pengembangan Trojan horse, yang muncul sebagai program yang tampaknya berguna atau sah tetapi sebenarnya menyembunyikan kode berbahaya. hal ini memberikan peretas kesempatan untuk mendapatkan akses tidak sah ke sistem.
3) Pergeseran Rekayasa Sosial
evolusi selanjutnya melibatkan pergeseran fokus menuju rekayasa sosial, yaitu penggunaan manipulasi psikologis untuk memperoleh informasi rahasia dari individu atau organisasi. Phising salah satu teknik rekayasa sosial, menjadi lebih umum.
4) Munculnya ransomware
peretasan makin terfokus pada keuntungan ekonomi, dan munculnya ransomware menjadi bukti nyata. ransomware mengenkripsi data dan meminta pembayaran tebusan untuk memulihkan akses atau mendapatkan kunci dekripsi.
5) Perkembangan ke Botnet
Botnet, jaringan komputer yang dikendalikan secara eksternal oleh peretas, menjadi alat yang efektif untuk meluncurkan serangan massal termasuk serangan DDoS dan pencurian data massal.
b. Perkakas peretasan
Perkakas berbatasan, atau sering disebut sebagai Malware, merupakan instrumen utama yang digunakan oleh peretas untuk melakukan serangan terhadap sistem dan data. mereka dirancang untuk mencuri informasi, merusak sistem, atau mengambil alih kontrol perangkat. Pada perkembangan teknologi, berbagai jenis perkakas peretasan telah muncul, masing-masing dengan tujuan dan metode serangan yang berbeda. berikut adalah beberapa perkakas peretasan yang umum digunakan.
1) Virus
Virus merupakan jenis program peretasan yang memiliki kemampuan untuk menginfeksi file untuk program lainnya di dalam sistem komputer. sebagaimana analogi dengan virus biologis virus komputer juga dapat menggandakan diri dan menyebarkan dirinya ke berbagai file atau program lain, merusak atau mengubah fungsionalitas mereka. Dengan cara ini, virus dapat merusak data atau merusak fungsi sistem mengakibatkan kerugian substansial bagi pengguna dan organisasi.
2) Worm
warm adalah jenis Malware yang berbeda dari virus Corona dapat menyebarkan dirinya sendiri melalui jaringan tanpa memerlukan host program. hal ini membuatnya dapat menyebar dengan cepat dan efisien ke berbagai perangkat dan sistem di seluruh jaringan. worm seringkali memanfaatkan kerentanannya sistem atau kelemahan keamanan yang ada untuk menyebarkan diri, dan membuka pintu bagi penyebaran yang luas dan sering kali merugikan.
3) Trojan Horse
Frozen horse atau "Trojan"adalah program yang menyembunyikan fungsionalitas berbahaya di balik tampilan yang tampaknya aman atau berguna. serupa dengan kuda Troya dalam mitologi Yunani Trojan ini dapat memikat pengguna dengan menyajikan dirinya sebagai program yang sah atau bermanfaat. namun, dibalik fasad tersebut, Trojan dapat digunakan untuk mencuri informasi pribadi merusak data, atau memberikan akses tidak sah ke sistem.
4) Rekayasa sosial
rekayasa sosial melibatkan manipulasi psikologis terhadap individu atau kelompok untuk mendapatkan akses tidak sah atau informasi rahasia. Peretes menggunakan prip psikologis, seperti memanfaatkan kepercayaan atau kebaikan orang untuk mendapatkan informasi kritis atau mengarahkan mereka ke tindakan tertentu yang menguntungkan peretas.
5) Phising
bising merupakan teknik pelepasan dimana penyerang mencoba untuk mendapatkan informasi pribadi atau sensitif dengan menyamar sebagai entitas tepercaya. hal ini sering dilakukan melalui email, pesan teks, atau situs web palsu yang dibuat untuk menipu korban supaya memberikan informasi seperti kata sandi, nomor kartu kredit, atau informasi keuangan lainnya.
6) Pharming
pharming adalah praktik yang bertujuan untuk mengarahkan pengguna ke situs web palsu dengan maksud mencuri informasi pribadi, seperti kata sandi atau informasi keuangan. perbedaannya dengan fishing adalah bahwa pada farming, korban diarahkan ke situs palsu tanpa perlu klik tautan atau melakukan tindakan tertentu.
7) spyware
spyware adalah jenis perangkat lunak yang secara diam-diam memonitor aktivitas pengguna tanpa izin. tujuannya bisa mencakup pencurian informasi pribadi, seperti kata sandi atau data keuangan, serta pemantauan perilaku online pengguna tanpa sepengetahuan mereka.
8) Ransomware
bahan software merupakan jenis Malware yang mengenkripsi data pada sistem korban dan kemudian meminta pembayaran tebusan supaya korban dapat mendapatkan kunci deskripsi yang diperlukan untuk mengembalikan akses ke data mereka. serangan ini dapat menyebabkan kerugian finansial dan operasional yang serius.
9) Backdoor
backdoor adalah pintu masuk atau celah yang diciptakan oleh peretas untuk mendapatkan akses ke sistem tanpa deteksi guna memiliki backdoor, peretas dapat kembali masuk ke sistem kapan saja tanpa diketahui oleh pemilik sistem.
10) Botnet
good night adalah jaringan komputer yang dikendalikan secara eksternal oleh peretas. komputer yang tergabung dalam botnet disebut sebagai "bot" dan dapat digunakan untuk menjalankan tindakan tertentu secara kolektif seperti serangan DDoS atau pengumpulan data massal.
4. Kerawanan di Dunia Digital
adapun di dalam ekosistem digital yang terus berkembang kerawanan di dunia maya menjadi faktor kritis yang mempengaruhi keamanan data dan informasi. pada upaya melindungi integritas sistem dan informasi, penting untuk memahami dan mengatasi berbagai kerawanan yang mungkin dieksploitasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.
a. Kerawanan di sistem operasi.
sistem operasi (OS) berperan sebagai pondasi utama bagi fungsi perangkat lunak dan perangkat keras pada suatu perangkat. meskipun menjadi elemen kunci dalam pengoperasian sistem, sistem operasi juga dapat menjadi sasaran utama bagi peretas. kerawanan di sistem operasi menciptakan potensi celah yang dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan akses yang tidak sah atau merusak integritas sistem. berikut adalah beberapa jenis kerawanan yang dapat terjadi di dalam sistem operasi.
1) eksekusi kode tidak sah
kerawanan ini memungkinkan peretas untuk memasukkan dan menjalankan kode yang tidak sah pada sistem operasi. hal ini dapat menyebabkan penyalahgunaan sistem atau instalasi perangkat lunak berbahaya.
2) celah keamanan pada sistem file
sistem operasi menyediakan akses ke berbagai file dan direktori. kerawanan di sini dapat mencakup akses tak sah, manipulasi data, atau bahkan penghapusan file yang kritis.
3) kerawanan di layanan jaringan
sistem operasi seringkali menyediakan layanan jaringan yang dapat menjadi titik lemah. kerawanan di sini dapat dimanfaatkan untuk melakukan serangan jaringan atau penetrasi ke sistem.
4) kerawanan buffer overflow
serangan buffer overflow melibatkan pengisian buffer melebihi kapasitas yang ditentukan, menyebabkan eksekusi kode tidak terduga. hal ini dapat dimanfaatkan untuk mendapatkan kendali sistem.
5) pengecualian terkait keamanan
pengecualian atau eksepsi dalam sistem operasi yang tidak dikelola dengan baik dapat memberikan celah bagi peretas untuk memanipulasi atau menonaktifkan mekanisme keamanan.
6) kerawanan privilege escalation
jika peretas berhasil mendapatkan akses terbatas ke sistem, mereka mungkin mencari cara untuk meningkatkan hak aksesnya (privilege escalation)
untuk mendapatkan kontrol lebih tinggi.
7) celah pemburuan dan patch
jika sistem operasi tidak diperbarui secara teratur dengan pembaruan keamanan terkini, celah keamanan yang sudah diperbaiki sebelumnya dapat dieksplotiasi oleh peretas.
b. kerawanan di internet
kerawanan di internet mencakup berbagai ancaman yang dapat mempengaruhi keamanan informasi dan layanan online. seiring dengan berkembangnya konektivitas digital, pemahaman mendalam tentang perlawanan di internet menjadi krusial untuk menjaga integritas data dan melindungi pengguna dari potensi risiko. berikut adalah beberapa kerawanan yang sering terjadi di lingkungan internet.
1) serangan danial of service (DoS)
serangan DoS bertujuan membuat layanan tidak tersedia bagi pengguna dengan menghambat atau mengganggu akses ke server atau jaringan.
2) serangan distributif diniel of service (DDoS)
DDoS melibatkan penggunaan banyak perangkat untuk menyebabkan beban lalu lintas yang luar biasa kepada suatu sistem atau server, serta membuatnya tidak dapat melayani pengguna yang sah.
3) pengajuan DNS (domain name system)
manipulasi DNS dapat mengarahkan pengguna ke situs web palsu atau menyebabkan penggunaan dalam pengalamatan domain yang benar.
4) pencurian data pada transit
data yang dikirim melalui jaringan dapat rentan terhadap peretas yang mencoba mengakses, mengintersepsi, atau mencuri informasi tersebut.
5) serangan man-in the middle (MitM)
serangan MitM melibatkan peretas yang menyusup ke dalam komunikasi antara dua pihak tanpa sepengetahuan mereka yang memungkinkan untuk melakukan manipulasi data.
6) serangan cross-site scripting (XSS)
xss melibatkan injeksi script berbahaya ke dalam halaman web, yang dapat dijalankan oleh pengguna yang melihat halaman tersebut menyebabkan potensi pencurian informasi atau identitas.
7) serangan cross city request forgery (CSRF)
CSRF dapat memanfaatkan kepercayaan yang ada antara pengguna dan situs web tertentu untuk melakukan tindakan yang tidak diinginkan atas nama pengguna.
8) serangan SQL injection
peretas menggunakan teknik sil injection untuk menyiapkan perintah SQL berbahaya ke dalam input pengguna, yang dapat menyebabkan manipulasi atau ekstraksi data dari basis data.
9) eksploitasi kelemahan pada protokol jaringan.
kelemahan pada protokol jaringan, seperti TCP/IP, dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk melakukan serangan atau pengintaian.
10) pharming
serangan pharming menyebabkan pengguna diarahkan ke situs web palsu yang dapat menyebabkan pencurian informasi login atau keuangan.
c. kerawanan pada sifat manusia dan internet of things (IoT)
kerawanan pada sifat manusia dan internet of thing (IoT) memperlihatkan bahwa aspek manusiawi dan perangkat terhubung di dunia digital dapat menjadi sumber risiko keamanan yang signifikan. sifat manusia, seperti kurangnya kesadaran akan risiko keamanan dan pertumbuhan pesat IoT membawa implikasi unik yang memerlukan perhatian dan mitigasi khusus. berikut adalah beberapa kerawanan yang terkait dengan aspek manusiawi dan IoT.
1) kurangnya kesadaran keamanan
banyak pengguna baik individu maupun organisasi, kurang memiliki kesadaran akan risiko keamanan digital. ketidakpahaman ini dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk melancarkan serangan seperti phising atau rekayasa sosial.
2) kurangnya pendidikan dan pelatihan
tingkat pendidikan dan pelatihan keamanan yang rendah dapat membuat individu dan organisasi kurang siap menghadapi ancaman keamanan digital. pendidikan keamanan cyber menjadi kunci untuk meningkatkan kewaspadaan dan respons terhadap serangan.
3) fishing dan sosial engineering
teknik rekayasa sosial seperti phising bergantung pada manipulasi psikologis manusia untuk mendapatkan akses tidak sah atau informasi rahasia. kesadaran individu terhadap taktik ini dapat membantu mencegah keberhasilan serangan.
4) tidak aman kredensial pengguna
penggunaan kata sandi yang lemah atau pengelolaan kredensial yang tidak aman dapat memudahkan peretas untuk mengakses akun dan informasi sensitif. promosi praktik keamanan kredensial yang kuat menjadi penting.
5) kerawanan pada perangkat IoT
keamanan perangkat IoT seringkali diabaikan, memberikan peluang bagi peretas untuk mengakses atau mengendalikan perangkat yang terhubung. penggunaan sandi default dan kurangnya pembaruan keamanan dapat meningkatkan risiko.
6) kurangnya standar keamanan IoT
beberapa perangkat IoT mungkin tidak mematuhi standar keamanan yang ketat. ini menciptakan celah keamanan yang dapat dimanfaatkan oleh peretas untuk meretas atau mengakses data pengguna.
7) privasi dan pengumpulan data
kekhawatiran privasi dan pengumpulan data yang tidak sah dapat muncul dalam konteks IoT. pemantauan dan pengelolaan data yang kurang aman dapat mengancam privasi individu.
8) ketidakmampuan untuk memperbarui perangkat IoT:
banyak perangkat IoT tidak dapat diperbarui secara teratur, meninggalkan kerawanan yang belum teratasi terhadap serangan keamanan. keamanan pada tingkat perangkat harus ditingkatkan untuk mengatasi isu ini.
9) tidak terlindungnya komunikasi IoT
komunikasi antar perangkat IoT yang tidak terinskripsi dapat diakses oleh peretas, membuka potensi risiko pengintaian atau manipulasi data.
10) ketidakmampuan pengguna untuk mengelola keamanan
pengguna seringkali tidak memiliki kendali atau pemahaman yang memadai dalam mengelola keamanan perangkat IoT di lingkungan mereka. kesadaran dan pendidikan pengguna menjadi kunci.
Komentar
Posting Komentar